Selasa, 23 April 2013

Tulisan 3


COPING STRESS
A.  Pengertian dan jenis-jenis coping
1. Pengertian coping
Coping berasal dari katacoping yang bermakna harfiah pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi). Coping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang di lakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi.
Coping yang efektif umtuk dilaksanakan  adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Coping stress menurut Taylor (dalam Smet, 1994) adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutantuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful.
Lazarus & Folkman pada tahun 1984 menggambarkan coping sebagai :
“...Suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful....”
2. Jenis-jenis coping
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:
a. Tindakan langsung (Direct Action)
Coping jenis ini adalah setiap setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung:
a) Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut.
b) Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa/menilai dirinya lebih kuat/berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.
c) Penghindaran (avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.
d) Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.
b. Peredaan atau peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan/fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.Ada 2 macam koping jenis peredaran/palliation :
a)    Diarahkan Pada Gejala (Sympton Directed Modes)
Digunakan bila gangguan gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut.
b) Cara Intrapsikis (Intrapsychic Modes)
Menggunakan perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah defense mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Emotion-focus coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress.Pengaturan ini melalui perilaku individu,seperti penggunaan alkohol,bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan melalui strategi kognitif.Bila individ tidak mampu mengubah kondisi yang stressful,individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.
Problem-focused coping.
Untuk mengurangi stressor,individu akan mengatasi dengan mempelajari  cara-cara atau keterampilan yang baru.Individu akan cenerung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi.Metode atau fungsi masalah ini lebih sering digunakan oleh orang dewasa.
Lazarus & Folkman (1986) mengidentifikasi berbagai jenis strategi coping, baik secara problem-focused maupun emotion-focused, antara lain :
1) Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
2) Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
3) Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
4) Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah.
5) Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih kepada hal yang dapat meciptakan suatu pandang positif.
6) Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
7)  Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri sendiri. Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
B.   Jenis jenis coping yang konstruktif dan positif
1)   Coping yang konstruktif (adaptif)
Merupakan suatu kejadian dimana individu dapat mengatur berbagai tugas mempertahankan konsep diri, mempertahankan hubungan dengan orang lain, mempertahankan emosi dan pengaturan stres (Carpenito, 2000).
2)   Coping positif (sehat)
a.    Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
b.    Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
c.    Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
d.    Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
e.       Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

Sumber :
Basuki,A.M Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. 

Tulisan 2


STRESS
1. Pengertian Stress
a.  Arti penting stress
Stress merupakan suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Dapat dikatakan juga stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain.
GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
·      Efek-efek stress menurut Hans Selye
Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.”
Biasanya yang menyebabkan diri individu mengalami stress berasal dari keadaan atau kondisi keluarga,seperti salah pola asuh, broken home, keadaan ekonomi yang sulit, serta kurangnya kecocokan dengan aturan keluarga. Itu semua hanya sebagian kecil faktor individu yang menyebabkan stress.
·         Faktor-faktor individual dan social yang menjadi penyebab stress
Seseorang mengalami stress bukan hanya karena faktor individu saja, melainkan dikarenakan faktor sosialnya juga. Faktor sosial yang dimaksud seperti disebabkan karena bencana alam (gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, kebakaran, dan lain-lain). Karena sebab-sebab itulah biasanya individu tersebut merasakan goncangan yang sangat kuat dan jika individu tersebut tidak bias terima keadaan tersebut maka akan menyebabkan seseorang mengalami stress.
2. Tipe-tipe Stress
Tipe-tipe stress terbagi menjadi empat, yaitu :
a)    Tekanan – konflik
-      Tekanan
Biasanya tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga. Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
-       Konflik
Perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok, bahkna organisasi.

b) Frustasi – kecemasan
-  Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.
-      Kecemasan
Khawatir, gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
c. Pendekatan problem solving terhadap stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.
Strategi coping yang spontan mengatasi stress
Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
-   Problem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah)
Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
-   Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi)
Penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensive.


Sumber :


Tulisan 1


TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
A.  Allport (Ciri-ciri kepribadian yang matang)
 Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut :
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup                 
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati berperan dalam menentukan filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan "harus". Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya bertingkah laku begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.
B.   Rogers (Perkembangan Kepribadian)
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.    Incongruence
   Adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2. Congruence
Adalah situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1. Keterbukaan pada pengalaman (openess to experience)
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
2. Kehidupan Eksistensial (existential living)
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri (organismic trusting)
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas (experiental freedom)
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas (creativity)
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda tergantung pada pengalaman-pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
C.   Maslow (Hierarki kebutuhan manusia)
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita sering bertanya-tanya mengapa setiap orang memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang berbeda-beda, mengapa ada orang yang memiliki cita-cita sangat tinggi, sedangkan ada juga yang hanya menjadi orang yang biasa-biasa saja. Ada yang sudah puas menjadi ibu rumah tangga, tetapi di sisi lain ada juga yang ingin menjadi presiden. Apa yang membuat mereka termotivasi, dan apa yang membuat mereka tidak termotivasi. Pertanyaan-pertanya semacam itu sudah ada sejak beberapa puluh tahun silam, dan salah satu orang mencoba menjawab pertanyaan tersebut adalah Abraham Maslow. Abraham Maslow sudah pernah mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam karyanya yang dipublikasikan dengan judul, “Theory of Human Motivation” pada tahun 1943.
Pada karyanya tersebut, Abraham Maslow memperkenalkan pemikirannya mengenai motivasi dihubungkan dengan kebutuhan manusa. Ia menjelaskan mengenai hirarki kebutuhan manusia dengan konsep, “Piramid Kebutuhan Maslow”.
Dengan model ini, Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi. Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan keamanana (safety), kebutuhan dicintai (Love/belonging), kebutuhan untuk rasa percaya diri (Esteem), dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization).
a.       Kebutuhan fisiologis
Pada dasarnya, manusia harus memenuhi kebutuhan fisiologisnya untuk dapat bertahan hidup. Pada hirarki yang paling bawah ini, manusia harus memenuhi kebutuhan makanan, tidur, minum, seks, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan fisik badan. Bila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal. Misalnya, seseorang mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan, sehingga ia menderita kelaparan, maka ia tidak akan mungkin mampu untuk memikirkan kebutuhan akan keamanannya ataupun kebutuhan aktualisasi diri.
b.      Kebutuhan Keamanan (safety)
Pada hirarki tingkat kedua, manusia membutuhkan rasa keamanan dalam dirinya. Baik keamanan secara harfiah (keamanan dari perampok, orang jahat, dan lain-lain), maupun keamanan secara finansial ataupun hal lainnya. Dengan memenuhi kebutuhan keamanan tersebut, dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia dapat berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu kebutuhan kasih sayang dan sosial.
c.       Kebutuhan kasih sayang / sosial (Love/belonging)
Setelah memenuhi 2 kebutuhan yang bersifat individu, kini manusia menapaki kebutuhan untuk diterima secara sosial. Emosi menjadi “pemain” utama dalam hirarki ketiga ini. Perasaan menyenangkan yang dimiliki pada saat kita memiliki sahabat, seseorang untuk berbagi cerita, hubungan dekat dengan keluarga adalah tujuan utama dari memenuhi kebutuhan sosial ini.
d.      Kebutuhan Percaya Diri (Esteem)
Semua orang pasti ingin dihormati dan ingin merasa berguna bagi orang lain. Kebutuhan semacam ini tertuang pada hirarki pada tahap keempat dalam piramid Abraham Maslow. Kebutuhan untuk percaya diri ini biasanya muncul setelah ketiga kebutuhan yang lebih mendasar sudah terpenuhi, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kebutuhan semacam ini dapat muncul tanpa harus memenuhi ketiga kebutuhan yang lebih mendasar.
e.       Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)
Umumnya, kebutuhan ini akan muncul bila seseorang merasa seluruh kebutuhan mendasarnya sudah terpenuhi. Pada hirarki ini, biasanya seseorang akan berhadapan dengan ambisi untuk menjadi seseorang memiliki kemampuan lebih. Seperti mengaktualisasikan diri untuk menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu tertentu, atau hasrat untuk mengetahui serta memenuhi ketertarikannya akan suatu hal.
Abraham Maslow menemukan model piramid kebutuhan tersebut dengan melakukan penelitian terhadap beberapa orang yang dianggapnya mencapai tahap aktualisasi diri tersebut, seperti Albert Einstein. Ia beranggapan bahwa tidak semua orang dapat mencapai tahap yang tertinggi, karena dalam hidup, pasti ada banyak hal yang menyebabkan tahapan kebutuhan dalam piramid Maslow tidak dapat tercapai.
D.  Erich From(Ciri-ciri kepribadian sehat)
Kepribadian sehat menurut Eric from adalah penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat merupakan kompromi antara kebutuhan-kebutuhan batin dan tuntutan dari luar dan seseorang menerapkan kerakter sosial untuk memenuhi harapan masyarakat. Kepribadian sehat juga adanya keinginan untuk mencintai dan di cintai.
 Dalam bukunya Art Of Love erik Fromm mengutarakan : Dalam Civilization and Its Discontents (1930), seperti dikutip oleh Eric Fromm dalam Masyarakat yang Sehat (Terjemahan Thomas Bambang Murtianto, 1995) ia menulis: “Manusia, setelah menemukan lewat pengalamannya bahwa cinta seksual (genital) memberinya kepuasan puncak, maka makna cinta seksual-genital menjadi prototipe bagi semua bentuk kebahagiaan manusia. Karenanya manusia terdorong mencari kebahagiaan yang ada kaitannya dengan hubungan seks, menempatkan erotisme genital sebagai titik pusat kehidupannya…. Dengan melakukan itu manusia menjadi sangat tergantung pada dunia luar, pada obyek cinta pilihannya, atau sungguh merasa kehilangan bila ditinggal mati atau ditinggal kabur.”
Kepribadian yang sehat adalah orientasi produktif. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, renspons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa- peristiwa didunia dan terhadap diri.
Fromm menyebut ciri-ciri kepribadian yang sehat :
a.    Cinta yang produktif,
Karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini berarti memikul tanggung jawab untuk orang-orang lain, dalam pengertian mau mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka juga orang-orang yang dicintai dipandang dengan respek dan menerima individualitas mereka, mereka dicintai menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk menghormati mereka, kita harus memiliki pengetahuan penuh terhadap mereka, kita harus memahami mereka siapa dan apa secara objektif.
b.    Pikiran yang produktif,
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
c.    Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling hebat
d.    Suara hati
Fromm membedakan dua tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara, atau suara kelompok lainnya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang itu terhadap hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati humanistis ialah suara dari diri dan bukan dari suatu perantara dari luar. Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan produktif memimpin dan mengatur diri sendiri.

SUMBER :