Kamis, 26 Maret 2015

TUGAS KESEHATAN MENTAL 1

A.    Sejarah Kesehatan Mental
1.      Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, penyakit pernafasan dan usus, serta arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Tetapi manusia purba berusaha untuk mengatasi penyakit mental tersebut. Untuk penyakit mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, mengisap, memotong, dan membalut atau juga menggunakan salep, mantera, obat keras maupun sihir.

2.      Zaman peradaban awal
a.       Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
b.      Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
c.       Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)

3.      Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.

4.      Era Pra Ilmiah
a.       Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.


b.      Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

5.      Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the MentalHygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.

B.     Konsep Mental
Konsep kesehatan mental berhubungan erat dengan efisiensi mental, dan kadang-kadang kedua konsep tersebut disamakan. Efisiensi mental adalah penggunaan kapasitas-kapasitas kita secara efektif untuk mengamati, membayangkan, belajar, berpikir, memilih dan juga mengembangkan fungsi-fungsi mental sampai ke suatu tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan masyarakat sekitar. Untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri seseorang harus menerima dirinya sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Disamping itu seseorang juga harus berusaha mengenal, memahami dan menilai orang lain secara objektif. Selanjutnya individu harus menyadari bahwa dirinya hidup tidak terlepas dari masyarakat atau lingkungan di mana ia hidup.

C.    Perbedaan Kesehatan Mental Budaya Barat dengan Timur
Ada perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur. Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Dalam kesehatan mental, faktor kebudayaan juga memegang peran penting. Apakah seseorang itu dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya (Marsella dan White, 1984). Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental dikemukakan oleh (Wallace, 1963) meliputi :
·         Kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental.
·         Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
·         Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural

·         Upaya peningkatan dan pencegahan gangguan mental dalam telaah budaya.

Referensi :
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Whitbourne, H . (2010). Psikologi Abnormal Jakarta: Salemba Humanika.